Jumat, 11 Maret 2016

STRATEGI TATA LETAK (LAYOUT)

STRATEGI TATA LETAK (LAYOUT)
A.    Definisi Tata Letak (Layout)
Tata letak (layout) adalah susunan letak fasilitas operasional perusahaan, baik yang ada didalam bangunan maupun yang ada diluar. Layout yang tepat menunjukkan ciri-ciri adanya penyesuaian tata letak fasilitas operasional terhadap jenis produk dan proses konversi. Pengaruh layout yang tepat bagi perusahaan addalah peningkatan produktifitas perusahaan. Perihal tersebut disebabkan arus barang yang akan diproses, dan selanjutnya masuk kedalam pemrosesan sampai menjadi produk akhir dapat berjalan dengan lancer. Aspek lain, karyawan yang langsung terlibat didalam pemrosesan dapat bergerak leluasa tanpa takut akan kemungkinan akan terjadi kecelakaan, sehingga mereka bekerja dengan tenang dan aman.
Tata letak mencakup desain dari bagian-bagian, pusat kerja dan peralatan yang membentuk proses perubahan dari bahan mentah menjadi bahan jadi. Perencanaan tata letak merupakan satu tahap dalam perencanaan fasilitas yang bertujuan untuk mengembangkan suatu sistem produksi yang efisiesn dan efektif sehingga dapat tercapainya suatu proses produksi dengan biaya yang paling ekonomis.
Karena alasan tersebut diatas, maka diperlukan perencanaan layout yang seksama. Pentingnya perencanaan layout disebabkan beberapa hal, yaitu sbb;
Untuk manufaktur :
1.      Terjadinya perubahan desain produk secara terus menerus untuk membuat produk baru.
2.      Kemungkinan penggantian fasilitas yang harus selalu baru (up to date)
3.      Setiap perubahan fasilitas akan menciptakan perubahan kondisi kinerja yang tidak selalu menciptakan kepuasan atau kemungkinan terjadinya kecelakaan dalam proses konversi.
4.      Perpindahan lokasi pemasaran (market changes), dan untuk alasan penghematan dan pengiriman atau pelayanan yang cepat dan baik.
Untuk usaha jasa :
1.      Karena tuntutan pelayanan yang prima dari pelanggan, sehingga harus disesuaikan didalam usaha memenuhi kepusasan pelanggan.
2.      Perubahan layout dapat ,enciptakan persepsi pelanggan bahwa perusahaan memperhatikan pelanggannya, atau merupakan gambaran bonafiditas perusahaan.
3.      Tuntutan pelanggan menginginkan layanan paling cepat dengan mutu yang tinggi, sehingga layout harus mendukung system layanan tersebut.
4.      Perilaku pelanggan yang terus berubah harus diikuti perusahaan dengan melakukan perubahan layout secara berkelanjutan.
B.     Tujuan Perencanaan Tata Letak
Tujuan perencanaan lay out/ tata letak yang baik yaitu :
1.      Memaksimumkan pemanfaatan peralatan pabrik.
2.      Meminimumkan kebutuhan tenaga kerja.
3.      Mengusahakan agar aliran bahan dan produk lancar.
4.      Meminimumkan hambatan pada kesehatan.
5.      Meminimumkan usaha membawa bahan.
C.    Keputusan strategi layout
Untuk memutuskan strategi layout perlu diperhatikan desain layout, yang diikuti usaha;
1.      Pemanfaatan secara maksimal ruangan atau tempat, mesin mesin dan peralatan, serta pekerja.
2.      Pengembangan arus informasi, bahan baku, dan sumber tenaga kerja.
3.      Menjaga perubahan moral pekerja, menjaga kondisi kerja yang kondusif,
4.      Mengantisipasi perubahan interaksi dari pelanggan.
5.      Fleksibel (bagaimana layout yang ada sekarang harus siap untuk berubah).
D.    Jenis Jenis Operasional
System operasional baik untuk manufaktur ataupun usaha jasa dspst dikelompokkan menjadi tiga jenis dasar operasional berdasarkan tingkat standardisasi produk dan jumlah output.
1.      Operasional berkesinambungan (Continously)
Merupakan operasional konversi yang ditandai dengan jumlah produk yang sangat besar, mesin dan fasilitas peralatan yang digunakan memiliki kekhususan, menggunakan pada modal, secara umum arus produk tidak terganggu, serta perubahan skedul produks tidak banyak, campuran produk tidak banyak disertai standardisasi yang dibuat berdasarkan persediaan.
2.      Operasional terputus putus (Intermittent)
Operasional konversi intermittent dengan ciri ciri, bahwa jumlah produk tidak banyak, mesin dan fasilitas peralatan bersifat umum, penggunaan padat karya, disertai arus produk yang terputus putus, skedul sering berubah ubah, produk banyak campurannya, dan dibuat berdasarkan pesanan.
3.      Operasional jasa (service Operation)
Usaha jasa pada umumnya menggunakan padat karya, dengan demikian operasional usaha jasa lebih tergolong kepada operasional intermitten.
E.     Tipe layout
Tipe dasar layout adalah tempat atau bentuk dari mekanisme suatu perusahaan; apakah bengkel, apakah pabrik, maupun usaha perbankan. Semuanya tergantung dari mesin dan peralatan yang digunakan untuk proses konversi dan merupakan susunan suatu ruang dari sumber sumber fisik untuk menghasilkan suatu produk.
1.      Layout yang berorientasi proses (Process Oriented Layout)
Digunakan jika arus kegiatan konversi untuk semua produk yang dihasilkan tidak terstandarisasi, seperti halnya dengan ditemukan di pabrik yang menggunakan proses intermitten. Arus kegiatan yang tidak terstandardisasi bisa juga tejadi karena proses konversi menghasilkan produk yang bermacam macam, atau jika suatu produk dasar dapat dikembangkan menjadi macam macam produk akhir.
Dalam layout ini mesin-mesin dan peralatan-peralatan yang memiliki kesamaan fungsi dikelompokkan dan ditempatkan dalam satu tempat atau ruang tertentu. layout semacam ini biasanya dipergunakan untuk perusahaan-perusahaan yang berproduksi dalam rangka memenuhi pesanan dimana terdapat banyak pesanan yang berbeda baik dalam bentuk, kualitas, maupun jumlahnya.
2.      Layout berorientasi produk (product oriented layout)
Digunakan jika sebuah produk terstandarisasi proses produksinya, pada umumnya produk dihasilkan dalam jumlah yang besar, dan merupakan ciri proses yang kontinu. Tiap produk memerlukan urutan operasional yang sama dari awal sampai akhir. Dalam layout produk, pusat pusat kegiatan, mesin mesin dan peralatan disusun membentuk suatu garis (on lines) untuk mempersiapkan urutan operasional yang akan menghasilkan produk.
Tata letak berdasarkan produk, sering dikenal dengan product layout atau production line layout, adalah metode pengaturan dan penempatan stasiun kerja berdasarkan urutan operasi dari sebuah produk. Sistem ini dirancang untuk memproduksi produk-produk dengan variasi yang rendah dan volume yang tinggi (mass production). Untuk itu dibutuhkan suatu sistem yang dapat memberikan produktifitas tinggi dengan ongkos yang rendah.
Di dalam layout jenis ini mesin-mesin dan perlengkapan pabrik disusun berdasarkan urutan opersi proses produksi yang diperlukan untuk membuat suatu produk.
3.      Layout tetap (fixed position Layout)
Layout tetap diperlukan jika alasan ukuran, bentuk dan ciri ciri lainnya yang pemindahan produknya tidak mungkin dikerjakan. Dalam layout tetap, produknya tinggal tetap disuatu tempat, sehingga a;at alat dan perlengkapan, serta para pekerja yang terampil yang dibawa ketempat produk. Jenis layout seperti ini digunakan dibidang pertanian (membajak, memupuk, menanam, menuai, dsb), dibidang maintenance; perawatan atau perbaikan pesawat terbang, dok kapal laut dan lokomotif kereta api, dibidang konstruksi : pembangunan gedung dan perumahan, serta tenik sipil.
Tata letak posisi tetap, sering dikenal dengan fixed material location atau fixed position layout, adalah metode pengaturan dan penempatan satsiun kerja dimana material atau komponen utama akan tetap pada posisi/lokasinya, sedangkan fasilitas produksi seperti tools, mesin, manusia, serta komponen lainnya bergerak menuju lokasi komponen utama tersebut.
4.      Layout Ritel
Pengalokasian tata letak mengikuti selera pelanggan, atau diusahakan agar dapat memberi kesegaran dan daya tarik bagi pelanggan. Dimana setiap waktu (mingguan atau bulanan) dilakukan pergeseran tata letak, dengan tujuan tempat semula suatu barang dipindahkan ketempat lain, dengan tujuan mempengaruhi pandangan pelanggan sehingga dapat menciptakan persepsi bagi pelanggan, minimal ada anggapan suatu barang tertentu sudah habis terjual (hanya berpindah tempat saja).
5.      Layout Gudang (warehouse Layout)
Layout gudang sangat penting diperhatikan dengan tujuan untuk penanganan dan pengendalian barang dapat dilakukan secara baik, sehingga tidak ada barang yang rusak atau tertunda pengeluarannya. Layout gudang disesuaikan dengan system persediaan yang dipergunakan, seperti system persediaan barang dengan FIFO (first in first out), artinya barang yang pertama diterima harus siap untuk dikeluarkan pertama sekali, sehingga layout harus diatur sedemikian rupa, agar barang mudah untuk dimasukkan dan dikeluarkan.
6.      Layout Kantor (office Layout)
Layout kantor bertujuan untuk menentukan posisi karyawan dan peralatan agar selalu fleksibel. Ruangan kantor setiap karyawan diatur luasnya secara efisien untuk dapat bekerja secara produktif atau efektif, baik dalam melakukan tugas maupun didalam pengelolaan informasi dan perubahan yang berhubungan dengan penyelesaian tuasnya.
F.     Prinsip Dasar Tata Letak atau Layout
Prinsip dasar yang digunakan dalam penyusunan layout adalah:
1.      Integrasi secara total terhadap faktor-faktor produksi. Sehingga dalam tata letak fasilitas pabrik diperlukan secara terintegrasi dari semua faktor yang mempengaruhi proses produksi rnenjadi satu organisasi yang besar.
2.      Jarak pemindahan bahan paling minimum. Waktu pemindahan bahan dari satu proses ke proses yang lain dalam industri dapat dihemat dengan cara mengurangi jarak perpindahan.
3.      Memperlancar aliran kerja, diupayakan untuk menghindari gerakan balik (back tracking), gerakan memotong (cross movement), dan gerak macet (congestion), dengan kata lain material diusahakan bergerak terus tanpa adanya interupsi oleh gangguan jadwal kerja.
4.      Kepuasan   dan   keselamatan   kerja,   sehingga   memberikan   suasana   kerj yang menyenangkan.
5.      Fleksibilitas, yaitu dapat mengantisipasi perubahan teknologi, komunikasi, dan kebutuhan konsumen.
G.    Manfaat layout pabrik
Manfaat layout pabrik diantaranya adalah sebagai berikut:
1.      Meningkatkan jumlah produksi,  sehingga proses produksi berjalan lancar, yang berimpas pada output yang besar, biaya dan jam tenaga kerja serta mesin minimum.
2.      Mengurangi waktu tunggu, artinya terjadi keseimbangan beban dan waktu antara mesin yang satu dengan mesin lainnya, selain itu juga dapat mengurangi penumpukan bahan dalam proses, dan waktu tunggu.
3.      Mengurangi proses pemindahan bahan dan meminimalkan jarak antara proses yang satu dengan yang berikutnya.
4.      Hemat ruang, karena tidak terjadi penumpukan material dalam proses, dan jarak antara masing-masing mesin berlebihan sehingga akan menambah luas bangunan yang tidak dibutuhkan.
5.      Mempersingkat waktu proses, jarak antar mesin pendek atau antara operasi yang satu dengan yang lain.
6.      Efisiensi penggunaan fasilitas, pendayagunaan elemen produksi, yaitu tenaga kerja, mesin, dan peralatan.
7.      Meningkatkan kepuasan dan keselamatan kerja, sehingga menciptakan suasana lingkungan kerja yang aman, nyaman, tertib, dan rapi, sehingga dapat mempermudah supervisi, mempermudah perbaikan dan penggantian fasilitas produksi, meningkatkan kinerja menjadi lebih baik, dan pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas.
8.      Mengurangi kesimpangsiuran yang disebabkan oleh material menunggu, adanya gerak yang tidak perlu, dan banyaknya perpotongan aliran dalam proses produksi (intersection).